Efektif Menggunakan Deterjen


Siapa yang tidak pernah memakai deterjen saat mencuci? Rasanya tidak ada. Hampir semua orang, kaya atau pun miskin, membutuhkan deterjen untuk mencuci pakaian. Sayangnya tidak semua orang bijak menggunakan deterjen ini. Dalam sebuah berita di harian Wall Street Journal misalnya disebutkan orang A­merika terbilang boros dalam meng­gunakan deterjen. Mereka senang me­naburkan banyak sekali deterjen ke dalam mesin cuci. Anggapannya, makin banyak sabun, pakaian makin bersih. 


Bagaimana dengan kita, di Indo­nesia? Rasanya tidak jauh berbeda. Pa­dahal tentu saja pemakaian deterjen ada aturannya. Mencuci memang me­­rupakan salah satu pekerjaan rumah tangga yang paling menyita waktu. Setelah merendam pakaian dalam larutan sabun, pakaian harus dikucek, lalu dibilas berulang-ulang. Belum lagi jika ada noda bandel yang harus dibersihkan, tentu saja harus disikat supaya noda hilang. Sangat melelahkan.

Memang saat ini banyak tempat yang menawarkan buat jasa laundry. Tapi tidak semua orang teratrik. Apalagi mengingat uang yang harus dikeluarkan. Mencuci menurut survei Institute of Fabric Science dari Whirlpool Corp tahun 2007 merupakan pekerjaan yang lebih banyak dilakukan perempuan (76 persen), dibandingkan laki-laki (24 persen).

Survei Method Products Inc. yang dimuat di Female Kompas men­da­pati bahwa 53 persen orang tidak menggunakan takaran deterjen yang disarankan pada label kemasan. Mereka lebih memilih mem­perkirakan sendiri atau bahkan menuangkan deterjen langsung dari kantongnya ke dalam air. 

Sebenarnya deterjen adalah cam­pu­ran berbagai bahan. Fungsinya untuk membantu pembersihan pakaian atau berbagai alat rumah tangga. Deterjen sendiri terbuat dari bahan-bahan tu­ru­nan minyak bumi. 

Bagaimana cara menggunakan de­­terjen? Banyak orang beranggapan bahwa banyak deterjen akan membuat pa­kaian lebih bersih. Paadahal ang­gapan itu sama sekali tidak benar. Pro­­duk deterjen sebenarnya sudah dikon­­sen­trat, sehingga kita tidak perlu meng­gunakannya terlalu banyak untuk mencuci. Bila mencuci di mesin cuci, mesin cuci juga sudah di desain dengan efisiensi tinggi, yang tidak mem­butuhkan terlalu banyak air apalagi deterjen.

Terlalu banyak deterjen malah bisa membuat pakaian terlihat menjadi kumal atau mesin cepat rusak. Deterjen bisa meninggalkan residu dan membuat kotoran yang seharusnyahilang ma­la­han menempel pada pakaian dan mesin cuci. 

Kombinasi tidak seimbang antara ba­nyak deterjen dan sedikit air bisa mem­buat bakteri berkembang biak, dan menimbulkan bau tidak sedap pada pakaian. Selain itu, warna bisa cepat memudar. Penggunaan busa yang berlebihan juga bisa menyebabkan mesin mati. 

Deterjen berbusa rendah justru baik untuk mesin cuci karena tidak meninggalkan noda kerak di mesin cuci. Deterjen dengan formulasi antibusa dan zat aktif yang optimal juga memengaruhi hasil cucian dengan mesin cuci. Level dan jenis zat aktif dalam deterjen yang baik tidak me­ninggalkan residu pada pakaian dan ramah lingkungan. 

“Deterjen dengan zat aktif sur­fak­tan belum ramah lingkungan. Se­dang­kan deterjen dengan zat aktif yang meninggalkan residu membuat baju apek setelah lima kali cuci,” pa­par Eng Beng, Product Development Manager Rinso. Saatnya cermat memilih deterjen. Se­baiknya menggunakan produk de­­terjen konsentrat yang tersedia di pasaran dan membaca dengan cermat aturan pakainya. Biar pakaian bersih sekaligus awet. 

Bijak Menggunakan Mesin Cuci
Salah satu peralatan penting dalam rumah tangga adalah mesin cuci. Apalagi bagi mereka yang sibuk dan memerlukan waktu yang lebih cepat dalam mencuci. Namun, sudahkah di rumah tangga dipilih jenis mesin cuci yang tepat dan apakah sudah benar dalam peng­gunaannya? 

perlakuan yang salah terhadap mesi cuci bisa membuat pengeluaran membengkak. Bukan hanya soal listrik tetapi juga mesin cuci yang menjadi tidak awet alias lekas rusak. Ada beberapa tips dalam memilih mesin cuci yang disarankan. 

Satu, pilihlah penggunaan mesin cuci tipe front load atau bukaan depan karena lebih memberikan hasil optimal. Mesin cuci tipe bukaan depan ini diklaim memiliki kinerja maksimal secara teknis. 70 persen konsumen Indonesia memang memilih mesin cuci top load (bukaan atas) dua tabung.

Mengapa front load lebih baik? Mesin cuci seperti ini ternyata bisa mencuci pakaian dengan cara memutar dan seperti dibanting. Cara mencuci seperti ini, kata Simon, dinilai paling baik dan memberikan hasil cucian optimal. Penggunaan airnya pun lebih hemat, begitu juga dengan takaran detergen yang hanya memerlukan sedikit namun memberikan hasil maksimal. Pengeringan pakaian dengan mesin cuci bukaan depan juga lebih optimal.

Pada mesin cuci kebanyakan (jenis top load), saat mencuci, Anda memerlukan air dalam jumlah banyak. Mesin akan bekerja dengan mulai berputar jika cucian terendam air. Mesin cuci bukaan atas ini juga hanya mampu mengeringkan 80 persen sehingga harus menjemur pakaian manual. 

Mesin cuci bukaan atas juga me­ngan­dalkan kekuatan alat pemutar (spin). Pada mesin cuci bukaan atas dua tabung, misalnya, semakin tinggi kekuatan spin semakin besar pengeringan. Sedangkan mesin bukaan atas satu tabung termasuk jenis otomatis penuh. Artinya, kegiatan mencuci, membilas, bahkan mengeringkan hanya pada satu tabung.

Dua, harga murah atau diskon tidak masalah. Asalkan memahami cara penggunaan yang benar dan memilih detergen khusus untuk mesin cuci. Peng­gunaan mesin cuci sesuai buku panduan dan penggunaan detergen sesuai takaran bisa menghemat pe­ngeluaran. Secara umum ini meng­hemat detergen, air yang terkait dengan listrik, serta biaya perawatan mesin cuci. Penggunaan alat rumah tang­ga yang baik juga memengaruhi daya tahan mesin cuci. Silakan men­coba.

Tiga, cari mesin cuci hemat listrik bila memungkinkan. Mesin cuci satu tabung tergolong produk dengan tawaran inovasi teknologi terbanyak. Mulai dari teknologi hemat listrik, anti bakteri hingga desain tabung yang unik untuk meminimalisasi ke­­rusak­an pada bahan pakaian halus yang sensitif terhadap kerja mesin cuci.

Produk mesin cuci keluaran LG dengan teknologi inverter direct drive yang memanfaatkan mesin bergir untuk mengganti kerja mesin dengan spinning belt. Dengan teknologi ini, mesin dapat menghemat listrik hingga sekitar 25%. 

LG bukan satu-satunya inovator mesin cuci. Beberapa produsen mesin cuci lain, seperti Toshiba, Samsung, Sanken dan Sharp juga menerapkan teknologi hemat listrik pada produknya. Sebut saja, teknologi zero stepping power dari Toshiba. Kabarnya mesin cuci ini diklaim dapat menghemat penggunaan listrik hingga 20%. 

Lain lagi dengan produk Sanken. Teknologi penghematan listrik dilakukan dengan sistem auto power off. Sistem ini memungkinkan mesin memutus aliran listrik secara otomatis segera setelah mesin selesai bekerja. Ada juga mesin Su­per Aquamagic dari Sharp yang diklaim hanya butuh listrik 199 Watt untuk beroperasi. Jauh lebih hemat disbanding kebutuhan listrik mesin cuci sekelasnya. Tinggal pilih yang cocok dengan kebutuhan Anda.
Share this article :

Posting Komentar

 
Copyright © 2011. Engineering House - All Rights Reserved